Sabtu, 01 November 2014

MATERI IPS KELAS 8 Kurikulum 2013; Melawan Keserakahan Penjajah (lanjutan /2)

5) Perlawanan Sisingamangaraja di Sumatra Utara

Perlawanan terhadap Belanda di Sumatra Utara dilakukan Sisingamangaraja XII,
perlawanan di Sumatra Utara berlangsung selama 24 tahun. Pertempuran diawali dari
Bahal Batu sebagai pusat pertahanan Belanda tahun 1877.
Untuk menghadapi Perang Batak (sebutan perang di Sumatra Utara), Belanda
menarik pasukan dari Aceh. Pasukan Sisingamangaraja dapat dikalahkan setelah
Kapten Christoffel berhasil mengepung benteng terakhir Sisingamangaraja di
Pakpak. Kedua putra beliau Patuan Nagari dan Patuan Anggi ikut gugur, sehingga
seluruh Tapanuli dapat dikuasai Belanda.

6) Perang Banjar

Perang Banjar berawal ketika Belanda campur tangan dalam urusan pergantian
raja di Kerajaan Banjarmasin. Belanda memberi dukungan kepada Pangeran Tamjid
Ullah yang tidak disukai rakyat.
Pemberontakan dilakukan oleh Prabu Anom dan Pangeran Hidayat. Pada tahun
1859, Pangeran Antasari memimpin perlawanan setelah Prabu Anom tertangkap
Belanda, dengan bantuan pasukan dari Belanda, pasukan Pangeran Antasari dapat
didesak. Tahun 1862 Pangeran Hidayat menyerah dan berakhirlah perlawanan Banjar
di pulau Kalilmantan. Perlawanan benar-benar dapat dipadamkan pada tahun 1866.

7) Perang Jagaraga di Bali

Perang Jagaraga berawal ketika Belanda dan kerajaan di Bali bersengketa
tentang hak tawan karang. Hak tawan karang berisi bahwa setiap kapal yang kandas
di perairan Bali merupakan hak penguasa di daerah tersebut. Pemerintah Belanda
memprotes Raja Buleleng yang menyita dua kapal milik Belanda. Raja Buleleng tidak
menerima tuntutan Belanda untuk mengembalikan kedua kapalnya, persengketaan ini
menyebabkan Belanda melakukan serangan terhadap kerajaan Buleleng tahun 1846.
Belanda berhasil menguasai kerajaan Buleleng, sementara Raja Buleleng menyingkir
ke Jagaraga dibantu oleh Kerajaan Karangasem.
Setelah berhasil merebut Benteng Jagaraga, Belanda melanjutkan ekspedisi
militer tahun 1849. Dua kerajaan Bali, Gianyar dan Klungkung menjadi sasaran
Belanda. Tahun 1906, seluruh kerajaan di Bali jatuh ke pihak Belanda setelah rakyat
melakukan perang habis-habisan sampai mati, yang dikenal dengan Perang Puputan.

Secara umum, kegagalan perjuangan rakyat Indonesia di berbagai daerah dalam mengusir penjajah adalah karena:
1) Bersifat lokal/kedaerahan
Perlawanan di berbagai daerah di Indonesia melibatkan para pemimpin pada
masyarakat setempat. Seandainya para pemimpin tersebut bersatu, tidak berjuang
sendiri-sendiri, tentu perjuangan mengusir penjajah lebih mudah. Karena itu,
kamu harus selalu menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, agar tidak dapat
dipecah belah.
2) Lebih mengandalkan kekuatan senjata
Masyarakat di berbagai daerah melakukan perlawanan dengan mengandalkan
senjata. Sementara senjata lawan lebih modern, sehingga musuh mudah
mengalahkan rakyat Indonesia.
3) Tergantung pada pimpinan
Perjuangan rakyat di berbagai daerah sangat tergantung pada pemimpin. Apabila
pemimpin tertangkap atau terbunuh, rakyat kurang mampu mengkoordinasikan
perlawanan. Musuh mengetahui kelemahan tersebut, sehingga mereka berusaha
menangkap pemimpin kemudian membunuh atau mengasingkan.
4) Belum terorganisir secara nasional dan modern
Seandainya rakyat Indonesia pada masa tersebut memiliki organisasi modern,
tentu tidak kesulitan melanjutkan kepemimpinan.

(Sumber: di kutip dari e-book Ilmu Pengetahuan Sosial K-13, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan)

MATERI IPS KELAS 8 Kurikulum 2013 Melawan Keserakahan Penjajah

4. Melawan Keserakahan Penjajah

a. Perlawanan terhadap Persekutuan Dagang
Kamu tentu tidak asing dengan gambar
Sultan Hasanuddin di samping. Tokoh ini sangat
ditakuti Belanda karena ketangguhannya dalam
melawan Belanda, sehingga beliau disebut
sebagai “ayam jantan dari timur”. Sultan
Hasanuddin adalah raja Gowa di Sulawesi
Selatan. Suatu ketika Kerajaan Gowa (Sultan
Hasanuddin) dan Talo (Arung Palaka) berselisih
paham. Hal ini dimanfaatkan VOC dengan
mengadu domba kedua kerajaan tersebut. VOC
memberikan dukungan, sehingga Talo menang
saat perang dengan Gowa tahun 1666. Sultan
Hasanuddin dipaksa menandatangani perjanjian
Bongaya 18 November tahun 1667.
Perjanjian Bongaya baru terlaksana tahun 1669 karena Sultan Hasanuddin masih
melakukan perlawanan kembali. Akhirnya Makassar harus menyerahkan benteng
kepada VOC. Sejak masa itu tidak ada lagi kekuatan besar yang mengancam
kekuasaan VOC di Indonesia Timur.
Perjanjian Bongaya telah memangkas kekuasaan kerajaan Gowa sebagai kerajaan
terkuat di Sulawesi. Tinggal kerajaan-kerajaan kecil yang sulit melakukan perlawanan
terhadap VOC.
Kisah di atas merupaakan salah satu contoh perlawanan rakyat Indonesia di
Sulawesi Selatan terhadap persekutuan dagang VOC. Masih banyak perlawanan di
berbagai daerah dalam melawan persekutuan dagang Eropa di Indonesia. Kegiatan
belajar berikut ini akan membantu kamu menelusuri berbagai perlawanan di berbagai

daerah dalam menentang persekutuan dagang Barat.

Perjanjian Bongaya adalah perjanjian antara Sultan Hasanuddin dengan VOC,
yang isinya:
1) VOC mendapatkan wilayah yang direbut oleh Sultan Hasanuddin selama perang
Gowa dan Tallo.
2) Bima diserahkan kepada VOC.
3) Kegiatan pelayaran para pedagang Makassar dibatasi dibawah pengawasan
VOC.
4) Penutupan Makassar sebagai bandar perdagangan bagi bangsa Barat, kecuali
VOC.
5) Monopoli oleh VOC.
6) Alat tukar/mata uang yang digunakan di Makassar adalah mata uang Belanda.
7) Pembebasan cukai dan penyerahan 1.500 budak kepada VOC.

Pada tahun 1799 terjadi peristiwa penting dalam sejarah kolonialisme dan
imperialisme Barat di Indonesia. VOC dinyatakan bangkrut hingga dibubarkan.
Keberadaan VOC sebagai kongsi dagang yang menjalankan roda pemerintahan di
negeri jajahan seperti di Indonesia tidak dapat dilanjutkan lagi. Pada tanggal 31
Desember 1799 VOC dinyatakan bubar. Semua utang piutang dan segala milik VOC
diambil alih oleh pemerintah Belanda. Setelah dibubarkannya VOC Indonesia berada
langsung di bawah pemerintah Hindia Belanda.

b. Perlawanan terhadap Pemerintah Hindia Belanda

Beberapa contoh perlawanan rakyat Indonesia

terhadap Pemerintah Hindia Belanda adalah sebagai berikut:

1) Perang Saparua di Ambon
Merupakan perlawanan rakyat Ambon dipimpin Thomas Matulesi (Pattimura).
Dalam pemberontakan tersebut, seorang pahlawan wanita bernama Christina
Martha Tiahahu melakukan perlawanan dengan berani. Perlawanan Pattimura dapat
dikalahkan setelah bantuan pasukan Belanda dari Jakarta datang. Pattimura bersama
tiga pengikutnya ditangkap dan dihukum gantung.

2) Perang Paderi di Sumatra Barat
Merupakan perlawanan yang sangat menyita tenaga dan biaya sangat besar bagi
rakyat Minang dan Belanda. Bersatunya Kaum Paderi (ulama) dan kaum adat melawan
Belanda, menyebabkan Belanda kesulitan memadamkannya. Bantuan dari Aceh juga
datang untuk mendukung pejuang Paderi. Belanda benar-benar menghadapi musuh
yang tangguh.
Belanda menerapkan sistem pertahanan Benteng Stelsel. Benteng Fort de
Kock di Bukit tinggi dan Benteng Fort van der Cappelen merupakan dua benteng
pertahanannya. Dengan siasat tersebut akhirnya Belanda menang ditandai jatuhnya
benteng pertahanan terakhir Paderi di Bonjol tahun 1837. Tuanku Imam Bonjol
ditangkap, kemudian diasingkan ke Priangan, kemudian ke Ambon, dan terakhir di
Menado hingga wafat tahun 1864.

3) Perang Diponegoro 1825-1830
Perang Diponegoro merupakan salah satu perang besar yang dihadapi Belanda.
Latar belakang perlawanan Pangeran Diponegoro diawali dari campur tangan
Belanda dalam urusan politik Kerajaan Yogyakarta. Beberapa tindakan Belanda yang
dianggap melecehkan harga diri dan nilai-nilai budaya masyarakat menjadi penyebab
lain kebencian rakyat kepada Belanda. Belanda membangun jalan baru pada bulan
Mei 1825. Mereka memasang patok-patok pada tanah leluhur Diponegoro. Terjadi
perselisihan saat pengikut Diponegoro Patih Danureja IV mencabuti patok-patok
tersebut. Belanda segera mengutus serdadu untuk menangkap Pangeran Diponegoro.
Perang tidak dapat dihindarkan, pada tanggal 20 Juli Tegalrejo sebagai basis pengikut
Diponegoro direbut dan dibakar Belanda.
Pada bulan Maret 1830 Diponegoro bersedia mengadakan perundingan dengan
Belanda di Magelang, Jawa Tengah. Perundingan tersebut hanya sebagai jalan
tipu muslihat karena ternyata Diponegoro ditangkap dan diasingkan ke Manado,
kemudian ke Makasar hingga wafat tahun 1855. Setelah berakhirnya Perang Jawa
(Diponegoro), tidak lagi muncul perlawanan yang lebih berat di Jawa.

4) Perang Aceh
Semangat jihad (perang membela agama Islam) merupakan spirit perlawanan
rakyat Aceh. Jendral Kohler terbunuh saat pertempuran di depan masjid Baiturrahman
Banda Aceh. Kohler meninggal dekat dengan pohon yang sekarang diberi nama
Pohon Kohler. Siasat konsentrasi stelsel dengan sistem bertahan dalam benteng besar
oleh Belanda tidak berhasil. Belanda semakin terdesak, korban semakin besar, dan
keuangan terus terkuras.
Belanda sama sekali tidak mampu menghadapi secara fisik perlawanan rakyat
Aceh. Menyadari hal tersebut, Belanda mengutus Dr. Snouck Hurgroje yang
memakai nama samaran Abdul Gafar seorang ahli bahasa, sejarah ,dan sosial Islam
untuk mencari kelemahan rakyat Aceh. Setelah lama belajar di Arab, Snouck Hugronje
memberikan saran-saran kepada Belanda mengenai cara mengalahkan orang Aceh.
Menurut Hurgronje, Aceh tidak mungkin dilawan dengan kekerasan, sebab karakter
orang Aceh tidak akan pernah menyerah, jiwa jihad orang Aceh sangat tinggi.
Taktik yang paling mujarab adalah dengan mengadu domba antara golongan
Uleebalang (bangsawan) dengan ulama. Belanda menjanjikan kedudukan pada
Uleebalang yang bersedia damai. Taktik ini berhasil, banyak Uleebalang yang tertarik pada tawaran Belanda. Belanda memberikan tawaran kedudukan kepada
para Uleebalang apabila kaum ulama dapat dikalahkan. Sejak tahun 1898 kedudukan
Aceh semakin terdesak. Belanda mengumumkan perang Aceh selesai tahun 1904.
Namun demikian perlawanan sporadis rakyat Aceh masih berlangsung hingga tahun
1930-an.
(Sumber: di kutip dari e-book Ilmu Pengetahuan Sosial K-13 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan)

IPS KELAS 8 : c. Sistem Sewa Tanah Raffles dan d. Tanam Paksa

c. Sistem Sewa Tanah Raffles

Tahukah kamu, bahwa Inggris juga pernah menjajah Indonesia pada masa
tahun 1811-1816. Penguasa Inggris di Indonesia pada masa tersebut adalah Letnan
Gubernur Thomas Stanford Raffles. Salah satu kebijakan terkenal pada masa Raffles
adalah sistem sewa tanah atau landrent-system atau Landelijk Stelsel. Sistem tersebut
memiliki ketentuan, antara lain sebagai berikut:
a. Petani harus menyewa tanah meskipun dia adalah pemilik tanah tersebut.
b. Harga sewa tanah tergantung kepada kondisi tanah.
c. Pembayaran sewa tanah dilakukan dengan uang tunai.
d. Bagi yang tidak memiliki tanah dikenakan pajak kepala.
Bagaimana pendapatmu dengan sistem sewa tanah? Sewa tanah tetap memberatkan
rakyat, dan menggambarkan seakan-akan rakyat tidak memiliki tanah, padahal tanah
tersebut adalah milik rakyat Indonesia. Hasil sewa tanah juga tidak seluruhnya
digunakan untuk kemakmuran rakyat. Hasil sewa tanah tersebut sebagian besar
digunakan untuk kepentingan penjajah.
Kekuasaan Inggris selama 5 tahun di Indonesia, juga menghadapi perlawanan
rakyat Indonesia di berbagai daerah. Sebagai contoh adalah perlawanan besar
rakyat Kesultanan Palembang pada tahun 1812. Sultan Sultan Mahmud Baharuddin
menolak mengakui kekuasaan Inggris. Inggris kemudian mengirim pasukan dan
menyerang kerajaan Palembang yang terletak di Sungai Musi. Perlawanan rakyat
Palembang dapat dikalahkan oleh tentara Inggris, tetapi semangat kemerdekaan
rakyat Palembang tetap membara.
Inggris juga menghadapi perlawanan dari kerajaan besar di Jawa yakni Kasunanan
Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta. Namun sebelum kedua kerajaan melakukan
penyerangan, Inggris berhasil meredam usaha perlawanan tersebut.

d. Tanam Paksa

Pada tahun 1830 Van den Bosch menerapkan Sistem Tanam Paksa (Cultuur
Stelsel). Kebijakan ini diberlakukan karena Belanda menghadapi kesulitan keuangan
akibat perang Jawa atau Perang Diponegoro (1825-1830), dan Perang Belgia (1830-
1831).
Tanam Paksa yang diberlakukan oleh pemerintah Belanda memiliki ketentuan
yang sangat memberatkan bagi masyarakat Indonesia. Apalagi pelaksanaan yang
lebih berat karena penuh dengan penyelewengan sehingga semakin menambah
penderitaan rakyat Indonesia. Banyak ketentuan yang dilanggar atau diselewengkan
baik oleh pegawai barat maupun pribumi. Praktik-praktik penekanan dan pemaksaan
terhadap rakyat tersebut antara lain adalah :
1. Ketentuan bahwa tanah yang digunakan untuk tanaman wajib hanya 1/5 dari
tanah yang dimiliki rakyat, kenyataanya selalu lebih bahkan sampai ½ bagian
dari tanah yang dimiliki rakyat.
2. Kelebihan hasil panen tanaman wajib tidak pernah dibayarkan.
3. Waktu untuk kerja wajib melebihi dari 66 hari, dan tanpa imbalan yang memadai.
4. Tanah yang digunakan untuk tanaman wajib tetap dikenakan pajak.
Penderitaan rakyat Indonesia akibat kebijakan tanam paksa ini dapat dilihat dari
jumlah angka kematian rakyat Indonesia yang tinggi akibat kelaparan dan penyakit
kekurangan gizi. Pada tahun 1848-1850 karena terjadi paceklik 9/10 penduduk
Grobogan Jawa Tengah mati kelaparan, dari jumlah penduduk yang semula 89.000
orang, yang dapat bertahan hanya 9000 orang. Penduduk Demak yang semula
berjumlah 336.000 orang, hanya tersisa sebanyak 120.000 orang. Data ini belum
termasuk data penduduk di daerah lain yang menunjukkan betapa mengerikannya
masa penjajahan saat itu.

Tahukah kamu, dalam kebijakan tanam paksa terdapat beberapa ketentuan seperti
berikut ini.
1. Penduduk wajib menyerahkan seperlima tanahnya untuk ditanami tanaman wajib.
2. Tanah yang ditanami tanaman wajib bebas dari pajak.
3. Waktu yang digunakan untuk pengerjaan tanaman wajib tidak melebihi untuk
menanam padi.
4. Apabila harga tanaman wajib setelah dijual melebihi besarnya pajak tanah,
kelebihannya dikembalikan kepada penduduk.
5. Kegagalan panen tanaman wajib bukan kesalahan penduduk menjadi tanggung
jawab Pemerintah Belanda.
6. Penduduk dalam pekerjaannya dipimpin penguasa pribumi, sedangkan pegawai
Eropa sebagai pengawas, pemungut, dan pengangkut.
7. Penduduk yang tidak memiliki tanah, harus melakukan kerja wajib selama
seperlima tahun (66 hari), dan mendapatkan upah.

(Sumber: dikutip dari e-book IPS Kurikulum 2013 Kemendikbud )

MATERI KELAS 8 Lanjutan, 3. Pengaruh Kebijakan Pemerintah Kolonial Terhadap Bangsa Indonesia

3. Pengaruh Kebijakan Pemerintah Kolonial Terhadap Bangsa
Indonesia

Apa saja yang dialami bangsa Indonesia pada masa penjajahan? Pemerintah
kolonial menerapkan kebijakan yang merugikan bangsa Indonesia. Akibatnya bangsa
Indonesia melakukan perlawanan untuk mengusir penjajah. Untuk mengetahui
bagaimana kebijakan pemerintah kolonial terhadap bangsa Indonesia, mari telusuri
kajian berikut ini

a. Monopoli dalam Perdagangan

VOC dipimpin oleh seorang Gubernur Jenderal, VOC mempunyai beberapa
hak octrooi antara lain :
1. hak melakukan monopoli perdagangan
2. membentuk tentara sendiri, mengangkat pegawai, dan membentuk pengadilan.
3. melakukan perjanjian politik dan ekonomi dengan kerajaan-kerajaan, serta
melakukan perang-damai dengan bangsa/suatu kerajaan lain.

4. hak mencetak mata uang sendiri

Pada awal kedatangan bangsa-bangsa Barat, rakyat Indonesia menerima dengan
baik. Rakyat di berbagai daerah memandang perdagangan merupakan hubungan
baik kepada siapapun. Hubungan perdagangan tersebut kemudian berubah menjadi
hubungan penguasaan atau penjajahan. VOC terus berusaha memperoleh kekuasaan
Awalnya VOC meminta keistimewaan hak-hak dagang. Lama-lama berkembang
menjadi penguasaan pasar (monopoli). VOC menekan para raja untuk memberikan
kebijakan perdagangan hanya dengan VOC. Akhirnya VOC bukan hanya menguasai
daerah perdagangan, tetapi juga menguasai politik atau pemerintahan.
Kamu tentu sering mendengar istilah monopoli. Apakah yang disebut monopoli?
Monopoli adalah penguasaan pasar yang dilakukan oleh satu atau sedikit perusahaan.
Bagaimana dampak yang terjadi akibat monopoli? Bagi pelaku perusahaan monopoli
sangat menguntungkan karena mereka dapat menentukan harga beli dan harga jual.
Sebagai contoh pada saat VOC melakukan monopoli rempah-rempah di Indonesia,
VOC membuat perjanjian dengan kerajaan-kerajaan di Indonesia. Setiap kerajaan
hanya mengizinkan rakyat menjual hasil bumi kepada VOC. Nah, karena produsen
sudah dikuasai VOC, maka pada saat rempah-rempah dijual harganya sangat
melambung.

Tentu kamu bertanya, mengapa kerajaan-kerajaan di Indonesia mengizinkan
perdagangan monopoli VOC? Semua itu terjadi karena keterpaksaan. Belanda
memaksa kerajaan-kerajaan di Indonesia untuk mengizinkan terjadinya monopoli
dengan berbagai cara. Salah satu caranya adalah politik adu domba atau dikenal
devide et impera. Siapa yang diadu domba? Adu domba yang dilakukan Belanda
dapat terjadi terhadap kerajaan dengan kerajaan, atau antar pejabat kerajaan. Apa
tujuan Belanda melakukan adu domba?
Belanda berharap akan terjadi permusuhan antar bangsa Indonesia, sehingga
terjadi perang antar kerajaan. Belanda juga terlibat dalam konflik yang terjadi di
dalam kerajaan. Pada saat terjadi perang antar kerajaan, Belanda mendukung salah
satu kerajaan yang berperang. Demikian halnya saat terjadi konflik di dalam kerajaan,
Belanda akan mendukung salah satu pihak. Setelah pihak yang didukung Belanda
menang, Belanda akan meminta balas jasa.
Setelah selesai perang Belanda biasanya meminta imbalan berupa monopoli
perdagangan atau penguasaan atas beberapa lahan atau daerah. Akibat monopoli inilah
rakyat Indonesia sangat menderita. Mengapa demikian? Dengan adanya monopoli
rakyat tidak memiliki kebebasan menjual hasil bumi mereka. Mereka terpaksa
menjual hasil bumi hanya kepada VOC. VOC dengan kekuasaannya membeli hasil
bumi rakyat Indonesia dengan harga yang sangat rendah, padahal apabila rakyat
menjual kepada pedagang lain, harganya bisa jauh lebih tinggi.
Sekarang kamu telah memahami bagaimana dampak monopoli dan adu domba
VOC terhadap kerajaan-kerajaan dan rakyat Indonesia. Sekarang coba lakukan
pencarian beberapa kegiatan monopoli dan adu domba yang dilakukan VOC terhadap
bangsa Indonesia.

b. Kerja Paksa

Mendengar istilah kerja paksa tentu kamu sudah dapat menebak, bahwa rakyat
Indonesia bekerja tanpa fasilitas yang memadai. Mereka tidak memperoleh
penghasilan yang layak, tidak diperhatikan asupan makanannya, dan melakukan
pekerjaan di luar batas-batas kemanusiaan. Bagaimana kerja paksa yang terjadi pada

masa Pemerintah Hindia Belanda? Kamu akan telusuri melalui kajian di berikut ini!

Tahukah kamu berapa panjang jalur Anyer Panarukan? Jalur tersebut memanjang lebih dari 1000 Km
dari Cilegon (Banten), Jakarta, Bogor, Bandung, Cirebon, Semarang, Pati, Surabaya,
Probolinggo, hingga Panarukan (Jawa Timur). Saat ini jalur tersebut merupakan
salah satu jalur utama bagi masyarakat di pulau Jawa. Anyer Panarukan dibangun
200 tahun yang lalu oleh pemerintah Hindia Belanda. Mengapa jalan tersebut harus
dibangun? Bagaimana pengaruhnya bagi bangsa Indonesia?
Jalan Raya Pos (Anyer-Panarukan) sangat penting bagi Pemerintah Kolonial
Belanda. Jalan Anyer-Panarukan tersebut menjadi sarana transportasi pemerintahan
dan mengangkut berbagai hasil bumi, dan hingga sekarang manfaat jalan tersebut
masih dapat dirasakan. Di balik besarnya proyek tersebut, perlu dipertanyakan
bagaimana proses pembangunan jalan yang melewati gunung yang terjal dan medan
yang sulit pada masa lalu? Siapakah yang menjalankan pembangunan?
Pembangunan jalan tersebut merupakan kebijakan Gubernur Jenderal Hindia
Belanda bernama Herman Willem Daendels yang berkuasa sejak tahun 1808-1811.
Belanda memandang penting pembangunan jalur Anyer-Panarukan, karena jalur
tersebut merupakan penghubung kota-kota penting di pulau Jawa yang merupakan
penghasil berbagai tanaman ekspor, dengan dibangunnya jalan tersebut maka proses
distribusi barang dan jasa untuk kepentingan kolonial semakin cepat dan efisien.
Pembangunan jalur Anyer Panarukan sebagian besar dilakukan oleh tenaga
manusia. Puluhan ribu penduduk dikerahkan untuk membangun jalan tersebut.
Rakyat Indonesia dipaksa Belanda membangun jalan. Mereka tidak digaji dan tidak
menerima makanan yang layak, akibatnya ribuan penduduk meninggal baik karena
kelaparan maupun penyakit yang diderita. Pengerahan penduduk untuk mengerjakan
berbagai proyek Belanda inilah yang disebut rodi atau kerja paksa.
Kerja paksa pada masa Pemerintah Belanda banyak ditemukan di berbagai
tempat. Banyak penduduk yang dipaksa menjadi budak dan dipekerjakan di berbagai
perusahaan tambang maupun perkebunan.
(Sumber: di kutip dari e-book Ilmu Pengetahuan Sosial Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan)

MATERI IPS KELAS 8 : PENGARUH KEUNGGULAN LOKASI TERHADAP KOLONIALISME BARAT DI INDONESIA Bagian 2

2. Kedatangan Bangsa-Bangsa Barat ke Indonesia

Bagaimana proses kedatangan bangsa-bangsa Barat ke Indonesia? Kegiatan apa
saja yang mereka lakukan dalam perjalanan tersebut?
Perhatikan peta rute kedatangan bangsa Belanda ke Indonesia di atas! Belanda
adalah negara yang paling lama menjajah Indonesia. Selain Belanda, bangsa-bangsa
Barat yang datang ke Indonesia pada masa penjajahan adalah Portugis, Spanyol, dan
Inggris.

Bangsa-bangsa Barat yang ke Indonesia diantaranya adalah sebagai berikut.
1) Kedatangan Bangsa Portugis di Maluku
Dari Lisbon, Portugis pada tahun 1486 Bartolomeo Diaz melakukan pelayaran
pertama menyusuri pantai barat Afrika. Ia bermaksud melakukan pelayaran ke India,
namun gagal. Perjalanan selanjutnya Portugis mencapai Malaka tahun 1511 di bawah
pimpinan Alfonso d’Albuquerque. Ia berhasil menguasai Malaka, dan selanjutnya
memasuki wilayah Nusantara. Pada tahun 1512 bangsa Portugis telah berhasil
sampai di Maluku.
2) Ekspedisi Bangsa Inggris
Persekutuan dagang EIC (East Indian Company) sebagai gabungan dari
para pengusaha Inggris. Walaupun Inggris tiba di kepulauan Nusantara, namun
pengaruhnya tidak terlalu banyak seperti halnya Belanda. Hal ini disebabkan EIC
terdesak oleh Belanda, sehingga Inggris menyingkir ke India/ Asia Selatan dan Asia
Timur.
3) Kedatangan Bangsa Belanda di Jakarta
Jakarta merupakan pelabuhan penting di Pulau Jawa yang kemudian menjadi
markas VOC di Indonesia. Bagaimana proses kedatangan Belanda di Indonesia?
Seorang pelaut Belanda Cornelis de Houtman, memimpin ekspedisi ke Indonesia.
Pada tahun 1595 armada mengarungi ujung selatan Afrika, selanjutnya terus menuju
ke arah timur melewati Samudra Hindia. Tahun 1596 armada Houtman tiba di
Pelabuhan Banten melalui Selat Sunda.
Kedatangan Houtman di Indonesia kemudian disusul ekspedisi-ekspedisi
lainnya. Banyaknya pedagang Belanda di Indonesia maka muncullah persaingan di
antara mereka sendiri. Untuk mencegah persaingan tidak sehat, maka pada tahun
1602 didirikan VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie/Perserikatan Maskapai
Hindia Timur) merupakan merger (penggabungan) dari beberapa perusahaan dagang
Belanda.

Kedatangan bangsa-bangsa barat di Indonesia menjadi ancaman kerajaan-kerajaan
di berbagai daerah di Indonesia. Karena itu sejak awal kedatangan bangsa-bangsa
Barat di Indonesia terjadi berbagai perlawanan dari kerajaan-kerajaan di Indonesia.
Berikut ini merupakan contoh perlawanan kerajaan di Indonesia terhadap Spanyol
dan Portugis.
a. Sultan Baabullah Mengusir Portugis
Kehadiran Portugis dan Spanyol di Maluku berhasil mengadu domba kerajaan
Ternate dan Tidore. Namun kemudian Tidore dan Ternate bersatu untuk mengusir
Portugis. Sultan Khaerun menyatukan rakyat dan mengobarkan perlawanan tahun
1565. Portugis terus terdesak oleh gempuran tentara kerajaan yang didukung rakyat.
Portugis menawarkan perundingan kepada Sultan Khaerun. Sultan Khaerun adalah
raja yang cinta damai, sehingga menerima ajakan Portugis.
Pada tahun 1570 bertempat di benteng Sao Paolo, terjadi perundingan Sultan
dengan Portugis. Pada awal perundingan, semua berjalan seperti sebuah pertemuan
pada umumnya yang hendak membicarakan suatu hal penting. Pada saat itu, Sultan
Khaerun tidak curiga sedikit pun. Ia merasa bahwa perdamaian jauh lebih baik.
Namun, pada saat perundingan berlangsung, tanpa disangka-sangka tiba-tiba Portugis
menangkap Sultan Khaerun dan pada saat itu juga Sultan Khaerun dibunuh.
Kelicikan dan kejahatan perang Portugis tersebut kemudian menimbulkan
kemarahan rakyat Maluku. Sultan Baabullah (putera Sultan Khaerun) dengan gagah
melanjutkan perjuangan dengan memimpin perlawanan. Pada saat bersamaan,
Ternate dan Tidore bersatu dan melancarkan serangan terhadap Portugis. Akhirnya
pada tahun 1575,Portugis berhasil diusir dari Ternate. Portugis melarikan diri dan
menetap di Ambon. Pada tahun 1605, Portugis berhasil diusir oleh VOC dari Ambon
dan kemudian bangsa Portugis melarikan diri ke Timor Timur (Tinor Leste).

b. Perlawanan Aceh
Tahukan kalian bahwa selain di Ternate dan Tidore perlawanan masyarakat
Indonesia terhadap Portugis juga dilakukan oleh rakyat Aceh di pulau Sumatra?
Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1639) armada kekuatan Aceh
telah disiapkan untuk menyerang kedudukan Portugis di Malaka. Saat itu Aceh telah
memiliki armada laut yang mampu mengangkut 800 prajurit. Pada saat itu wilayah
Kerajaan Aceh telah sampai di Sumatra Timur dan Sumatra Barat. Pada tahun 1629
Aceh mencoba menaklukkan Portugis, tetapi penyerangan yang dilakukan Aceh ini
belum berhasil mendapat kemenangan. Meskipun demikian, Aceh masih tetap berdiri
sebagai kerajaan yang merdeka.
Selain kedua contoh di atas, kamu dapat menemukan berbagai perlawanan
kerajaan-kerajaan di Indonesia terhadap bangsa-bangsa Barat. Misalnya Kerajaan
Demak pernah melakukan penyerangan terhadap Portugis di Malaka. Bahkan seorang
raja perempuan dari Jepara bernama Ratu Kalinyamat juga pernah mengirimkan
pasukan untuk mengusir Portugis dari Malaka. Kedua upaya ini gagal, karena jarak
yang jauh dan persenjataan yang terbatas.

MATERI IPS KELAS 8 : PENGARUH KEUNGGULAN LOKASI TERHADAP KOLONIALISME BARAT DI INDONESIA

C. Pengaruh Keunggulan Lokasi terhadap Kolonialisme Barat di Indonesia

     Kamu telah mempelajari bagaimana pengaruh keunggulan lokasi terhadap
kegiatan ekonomi, transportasi, dan komunikasi masyarakat Indonesia. Tahukah
kamu bahwa berbagai keunggulan yang dimiliki bangsa Indonesia di atas menjadi
salah satu pendorong bangsa-bangsa asing untuk datang ke Indonesia. Salah satu
tujuan kedatangan mereka adalah untuk melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia.
Kedatangan bangsa-bangsa asing ke Indonesia tentu sangat bermanfaat bagi
pembangunan Indonesia. Namun di sisi lain, kedatangan bangsa-bangsa asing
tersebut merugikan bangsa Indonesia. Keinginan mereka menguasai kegiatan
ekonomi Indonesia merupakan salah satu kerugian bagi bangsa Indonesia. Uraian
berikut akan membahas dampak kedatangan bangsa-bangsa asing ke Indonesia
terhadap kolonialisme dan imperialisme di Indonesia.
asing untuk turut memanfaatkannya. Karena itu, kamu dapat mencari berbagai
kegiatan ekspor berbagai komoditas ke luar negeri.

Keunggulan lokasi Indonesia menjadi salah satu pendorong terjadinya interaksi
dan komunikasi dengan berbagai bangsa di dunia. Berbagai kekayaan alam bangsa
Indonesia sangat dibutuhkan bangsa-bangsa di dunia. Indonesia juga merupakan
salah satu daerah pemasaran berbagai komoditas bangsa-bangsa lain.

Kekayaan alam Indonesia itulah yang menjadi salah satu daya tarik kedatangan
bangsa-bangsa asing ke Indonesia. Mereka datang ke Indonesia untuk memperoleh
berbagai komoditas yang akan dijual kepada negeri lain. Ketertarikan bangsa-bangsa
asing terhadap kekayaan di Indonesia terjadi sejak masa lalu. Berbagai pengaruh
keunggulan lokasi Indonesia berpengaruh terhadap imperialisme dan kolonialisme
di Indonesia pada masa lalu.

1. Latar Belakang Penjajahan Bangsa Barat
Mengapa bangsa-bangsa Barat tertarik dengan kekayaan Indonesia? Kekayaan
apa saja yang mendorong kedatangan bangsa-bangsa Barat ke Indonesia?
Beberapa daya tarik dan faktor pendorong bangsa Barat ke Indonesia antara lain:
a. Daya Tarik Indonesia Bagi Bangsa-bangsa Barat
Kekayaan alam di nusantara berupa rempah-rampah yang menjadi daya tarik bangsa barat untuk datang ke nusantara.
 Mengapa bangsa-bangsa Barat sangat membutuhkan rempah-rempah? Indonesia
dan bangsa-bangsa di Eropa memiliki perbedaan kondisi alam. Pengaruh lokasi
telah memberikan perbedaan iklim dan kondisi tanah di Indonesia dan Eropa. Hal
ini mengakibatkan hasil bumi yang diperoleh juga berbeda. Bangsa Indonesia harus
senantiasa bersyukur karena dianugerahi Tuhan Yang Maha Esa hidup di daerah
tropis.
Keberadaan musim hujan dan kemarau di Indonesia memungkinkan berbagai
tanaman mudah tumbuh dan berkembang di Indonesia. Untuk tanaman kebutuhan
sehari-hari dapat ditanam di setiap waktu. Hal ini berbeda dengan bangsa-bangsa
Eropa yang memiliki empat musim yakni musim panas, musim dingin, musim semi,
dan musim gugur.

b. Revolusi Industri dan Motivasi 3G (Gold, Glory, Gospel)
Bangsa-bangsa Eropa mengetahui Nusantara (Indonesia) sebagai sumber rempahrempah
sudah sangat lama, bahkan sebelum masehi. Mengapa mereka tidak mencari
sendiri ke Indonesia? Pada masa tersebut mereka masih kesulitan terutama masalah
transportasi, kondisi politik, dan keamanan. Terjadinya revolusi industri di Eropa
merupakan salah satu pendorong kedatangan bangsa-bangsa Barat ke Indonesia. Apa
yang dimaksud revolusi industri?
Revolusi industri adalah pergantian atau perubahan secara menyeluruh dalam
memproduksi barang yang dikejakan oleh tenaga manusia atau hewan menjadi tenaga
mesin. Penggunaan mesin dalam industri menjadikan produksi lebih efisien, ongkos
produksi dapat ditekan, dan barang dapat diproduksi dalam jumlah besar dan cepat.
Berkembangnya revolusi industri menyebabkan bangsa-bangsa Barat memerlukan
bahan baku yang lebih banyak. Mereka juga memerlukan daerah pemasaran untuk
hasil-hasil industrinya.
Salah satu pengaruh revolusi industri adalah dalam kegiatan transportasi.
Penemuan mesin uap yang dapat dijadikan mesin penggerak perahu merupakan
teknologi baru pada masa tersebut. Perahu dengan mesin uap merupakan penemuan
sangat penting yang mendorong kedatangan bangsa-bangsa Barat. Dengan mesin uap
mereka dapat memperpendek waktu perjalanan. Selain penemuan mesin uap, revolusi
industri didukung oleh berbagai penemuan lain, seperti kompas, mesin pemintal, dan
sebagainya. Penemuan-penemuan tersebut menjadi pendorong keinginan bangsabangsa
Eropa melakukan berbagai petualang.
Paham merkantilisme mendorong semangat bangsa-bangsa Eropa untuk mencari
kekayaan sebanyak-banyaknya. Semangat mencari kekayaan tersebut beriringan
dengan semangat mencapai kejayaan dan kesucian. Dalam melakukan perjalanan
ke Indonesia, bangsa-bangsa Barat menginginkan kejayaan (kemenangan) sekaligus
kesucian, yakni menyebarkan agama Kristen. Tiga semangat tersebut (kekayaan,
kejayaan, dan kesucian) menjadi semboyan perjalanan bangsa-bangsa Eropa yang
terkenal dengan 3G atau Gold (emas), Glory (kejayaan) dan Gospel (kesucian).

Materi berikutnnya yang ke 2. Kedatangan Bangsa-Bangsa Barat ke Indonesia bersambung ke entri berikutnya.