3. Pengaruh Kebijakan Pemerintah Kolonial Terhadap Bangsa
Indonesia
Apa saja yang dialami bangsa Indonesia pada masa penjajahan? Pemerintah
kolonial menerapkan kebijakan yang merugikan bangsa Indonesia. Akibatnya bangsa
Indonesia melakukan perlawanan untuk mengusir penjajah. Untuk mengetahui
bagaimana kebijakan pemerintah kolonial terhadap bangsa Indonesia, mari telusuri
kajian berikut ini
a. Monopoli dalam Perdagangan
VOC dipimpin oleh seorang Gubernur Jenderal, VOC mempunyai beberapa
hak octrooi antara lain :
1. hak melakukan monopoli perdagangan
2. membentuk tentara sendiri, mengangkat pegawai, dan membentuk pengadilan.
3. melakukan perjanjian politik dan ekonomi dengan kerajaan-kerajaan, serta
melakukan perang-damai dengan bangsa/suatu kerajaan lain.
4. hak mencetak mata uang sendiri
Pada awal kedatangan bangsa-bangsa Barat, rakyat Indonesia menerima dengan
baik. Rakyat di berbagai daerah memandang perdagangan merupakan hubungan
baik kepada siapapun. Hubungan perdagangan tersebut kemudian berubah menjadi
hubungan penguasaan atau penjajahan. VOC terus berusaha memperoleh kekuasaan
Awalnya VOC meminta keistimewaan hak-hak dagang. Lama-lama berkembang
menjadi penguasaan pasar (monopoli). VOC menekan para raja untuk memberikan
kebijakan perdagangan hanya dengan VOC. Akhirnya VOC bukan hanya menguasai
daerah perdagangan, tetapi juga menguasai politik atau pemerintahan.
Kamu tentu sering mendengar istilah monopoli. Apakah yang disebut monopoli?
Monopoli adalah penguasaan pasar yang dilakukan oleh satu atau sedikit perusahaan.
Bagaimana dampak yang terjadi akibat monopoli? Bagi pelaku perusahaan monopoli
sangat menguntungkan karena mereka dapat menentukan harga beli dan harga jual.
Sebagai contoh pada saat VOC melakukan monopoli rempah-rempah di Indonesia,
VOC membuat perjanjian dengan kerajaan-kerajaan di Indonesia. Setiap kerajaan
hanya mengizinkan rakyat menjual hasil bumi kepada VOC. Nah, karena produsen
sudah dikuasai VOC, maka pada saat rempah-rempah dijual harganya sangat
melambung.
Tentu kamu bertanya, mengapa kerajaan-kerajaan di Indonesia mengizinkan
perdagangan monopoli VOC? Semua itu terjadi karena keterpaksaan. Belanda
memaksa kerajaan-kerajaan di Indonesia untuk mengizinkan terjadinya monopoli
dengan berbagai cara. Salah satu caranya adalah politik adu domba atau dikenal
devide et impera. Siapa yang diadu domba? Adu domba yang dilakukan Belanda
dapat terjadi terhadap kerajaan dengan kerajaan, atau antar pejabat kerajaan. Apa
tujuan Belanda melakukan adu domba?
Belanda berharap akan terjadi permusuhan antar bangsa Indonesia, sehingga
terjadi perang antar kerajaan. Belanda juga terlibat dalam konflik yang terjadi di
dalam kerajaan. Pada saat terjadi perang antar kerajaan, Belanda mendukung salah
satu kerajaan yang berperang. Demikian halnya saat terjadi konflik di dalam kerajaan,
Belanda akan mendukung salah satu pihak. Setelah pihak yang didukung Belanda
menang, Belanda akan meminta balas jasa.
Setelah selesai perang Belanda biasanya meminta imbalan berupa monopoli
perdagangan atau penguasaan atas beberapa lahan atau daerah. Akibat monopoli inilah
rakyat Indonesia sangat menderita. Mengapa demikian? Dengan adanya monopoli
rakyat tidak memiliki kebebasan menjual hasil bumi mereka. Mereka terpaksa
menjual hasil bumi hanya kepada VOC. VOC dengan kekuasaannya membeli hasil
bumi rakyat Indonesia dengan harga yang sangat rendah, padahal apabila rakyat
menjual kepada pedagang lain, harganya bisa jauh lebih tinggi.
Sekarang kamu telah memahami bagaimana dampak monopoli dan adu domba
VOC terhadap kerajaan-kerajaan dan rakyat Indonesia. Sekarang coba lakukan
pencarian beberapa kegiatan monopoli dan adu domba yang dilakukan VOC terhadap
bangsa Indonesia.
b. Kerja Paksa
Mendengar istilah kerja paksa tentu kamu sudah dapat menebak, bahwa rakyat
Indonesia bekerja tanpa fasilitas yang memadai. Mereka tidak memperoleh
penghasilan yang layak, tidak diperhatikan asupan makanannya, dan melakukan
pekerjaan di luar batas-batas kemanusiaan. Bagaimana kerja paksa yang terjadi pada
masa Pemerintah Hindia Belanda? Kamu akan telusuri melalui kajian di berikut ini!
Tahukah kamu berapa panjang jalur Anyer Panarukan? Jalur tersebut memanjang lebih dari 1000 Km
dari Cilegon (Banten), Jakarta, Bogor, Bandung, Cirebon, Semarang, Pati, Surabaya,
Probolinggo, hingga Panarukan (Jawa Timur). Saat ini jalur tersebut merupakan
salah satu jalur utama bagi masyarakat di pulau Jawa. Anyer Panarukan dibangun
200 tahun yang lalu oleh pemerintah Hindia Belanda. Mengapa jalan tersebut harus
dibangun? Bagaimana pengaruhnya bagi bangsa Indonesia?
Jalan Raya Pos (Anyer-Panarukan) sangat penting bagi Pemerintah Kolonial
Belanda. Jalan Anyer-Panarukan tersebut menjadi sarana transportasi pemerintahan
dan mengangkut berbagai hasil bumi, dan hingga sekarang manfaat jalan tersebut
masih dapat dirasakan. Di balik besarnya proyek tersebut, perlu dipertanyakan
bagaimana proses pembangunan jalan yang melewati gunung yang terjal dan medan
yang sulit pada masa lalu? Siapakah yang menjalankan pembangunan?
Pembangunan jalan tersebut merupakan kebijakan Gubernur Jenderal Hindia
Belanda bernama Herman Willem Daendels yang berkuasa sejak tahun 1808-1811.
Belanda memandang penting pembangunan jalur Anyer-Panarukan, karena jalur
tersebut merupakan penghubung kota-kota penting di pulau Jawa yang merupakan
penghasil berbagai tanaman ekspor, dengan dibangunnya jalan tersebut maka proses
distribusi barang dan jasa untuk kepentingan kolonial semakin cepat dan efisien.
Pembangunan jalur Anyer Panarukan sebagian besar dilakukan oleh tenaga
manusia. Puluhan ribu penduduk dikerahkan untuk membangun jalan tersebut.
Rakyat Indonesia dipaksa Belanda membangun jalan. Mereka tidak digaji dan tidak
menerima makanan yang layak, akibatnya ribuan penduduk meninggal baik karena
kelaparan maupun penyakit yang diderita. Pengerahan penduduk untuk mengerjakan
berbagai proyek Belanda inilah yang disebut rodi atau kerja paksa.
Kerja paksa pada masa Pemerintah Belanda banyak ditemukan di berbagai
tempat. Banyak penduduk yang dipaksa menjadi budak dan dipekerjakan di berbagai
perusahaan tambang maupun perkebunan.
(Sumber: di kutip dari e-book Ilmu Pengetahuan Sosial Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan)
Indonesia
Apa saja yang dialami bangsa Indonesia pada masa penjajahan? Pemerintah
kolonial menerapkan kebijakan yang merugikan bangsa Indonesia. Akibatnya bangsa
Indonesia melakukan perlawanan untuk mengusir penjajah. Untuk mengetahui
bagaimana kebijakan pemerintah kolonial terhadap bangsa Indonesia, mari telusuri
kajian berikut ini
a. Monopoli dalam Perdagangan
VOC dipimpin oleh seorang Gubernur Jenderal, VOC mempunyai beberapa
hak octrooi antara lain :
1. hak melakukan monopoli perdagangan
2. membentuk tentara sendiri, mengangkat pegawai, dan membentuk pengadilan.
3. melakukan perjanjian politik dan ekonomi dengan kerajaan-kerajaan, serta
melakukan perang-damai dengan bangsa/suatu kerajaan lain.
4. hak mencetak mata uang sendiri
Pada awal kedatangan bangsa-bangsa Barat, rakyat Indonesia menerima dengan
baik. Rakyat di berbagai daerah memandang perdagangan merupakan hubungan
baik kepada siapapun. Hubungan perdagangan tersebut kemudian berubah menjadi
hubungan penguasaan atau penjajahan. VOC terus berusaha memperoleh kekuasaan
Awalnya VOC meminta keistimewaan hak-hak dagang. Lama-lama berkembang
menjadi penguasaan pasar (monopoli). VOC menekan para raja untuk memberikan
kebijakan perdagangan hanya dengan VOC. Akhirnya VOC bukan hanya menguasai
daerah perdagangan, tetapi juga menguasai politik atau pemerintahan.
Kamu tentu sering mendengar istilah monopoli. Apakah yang disebut monopoli?
Monopoli adalah penguasaan pasar yang dilakukan oleh satu atau sedikit perusahaan.
Bagaimana dampak yang terjadi akibat monopoli? Bagi pelaku perusahaan monopoli
sangat menguntungkan karena mereka dapat menentukan harga beli dan harga jual.
Sebagai contoh pada saat VOC melakukan monopoli rempah-rempah di Indonesia,
VOC membuat perjanjian dengan kerajaan-kerajaan di Indonesia. Setiap kerajaan
hanya mengizinkan rakyat menjual hasil bumi kepada VOC. Nah, karena produsen
sudah dikuasai VOC, maka pada saat rempah-rempah dijual harganya sangat
melambung.
Tentu kamu bertanya, mengapa kerajaan-kerajaan di Indonesia mengizinkan
perdagangan monopoli VOC? Semua itu terjadi karena keterpaksaan. Belanda
memaksa kerajaan-kerajaan di Indonesia untuk mengizinkan terjadinya monopoli
dengan berbagai cara. Salah satu caranya adalah politik adu domba atau dikenal
devide et impera. Siapa yang diadu domba? Adu domba yang dilakukan Belanda
dapat terjadi terhadap kerajaan dengan kerajaan, atau antar pejabat kerajaan. Apa
tujuan Belanda melakukan adu domba?
Belanda berharap akan terjadi permusuhan antar bangsa Indonesia, sehingga
terjadi perang antar kerajaan. Belanda juga terlibat dalam konflik yang terjadi di
dalam kerajaan. Pada saat terjadi perang antar kerajaan, Belanda mendukung salah
satu kerajaan yang berperang. Demikian halnya saat terjadi konflik di dalam kerajaan,
Belanda akan mendukung salah satu pihak. Setelah pihak yang didukung Belanda
menang, Belanda akan meminta balas jasa.
Setelah selesai perang Belanda biasanya meminta imbalan berupa monopoli
perdagangan atau penguasaan atas beberapa lahan atau daerah. Akibat monopoli inilah
rakyat Indonesia sangat menderita. Mengapa demikian? Dengan adanya monopoli
rakyat tidak memiliki kebebasan menjual hasil bumi mereka. Mereka terpaksa
menjual hasil bumi hanya kepada VOC. VOC dengan kekuasaannya membeli hasil
bumi rakyat Indonesia dengan harga yang sangat rendah, padahal apabila rakyat
menjual kepada pedagang lain, harganya bisa jauh lebih tinggi.
Sekarang kamu telah memahami bagaimana dampak monopoli dan adu domba
VOC terhadap kerajaan-kerajaan dan rakyat Indonesia. Sekarang coba lakukan
pencarian beberapa kegiatan monopoli dan adu domba yang dilakukan VOC terhadap
bangsa Indonesia.
b. Kerja Paksa
Mendengar istilah kerja paksa tentu kamu sudah dapat menebak, bahwa rakyat
Indonesia bekerja tanpa fasilitas yang memadai. Mereka tidak memperoleh
penghasilan yang layak, tidak diperhatikan asupan makanannya, dan melakukan
pekerjaan di luar batas-batas kemanusiaan. Bagaimana kerja paksa yang terjadi pada
masa Pemerintah Hindia Belanda? Kamu akan telusuri melalui kajian di berikut ini!
Tahukah kamu berapa panjang jalur Anyer Panarukan? Jalur tersebut memanjang lebih dari 1000 Km
dari Cilegon (Banten), Jakarta, Bogor, Bandung, Cirebon, Semarang, Pati, Surabaya,
Probolinggo, hingga Panarukan (Jawa Timur). Saat ini jalur tersebut merupakan
salah satu jalur utama bagi masyarakat di pulau Jawa. Anyer Panarukan dibangun
200 tahun yang lalu oleh pemerintah Hindia Belanda. Mengapa jalan tersebut harus
dibangun? Bagaimana pengaruhnya bagi bangsa Indonesia?
Jalan Raya Pos (Anyer-Panarukan) sangat penting bagi Pemerintah Kolonial
Belanda. Jalan Anyer-Panarukan tersebut menjadi sarana transportasi pemerintahan
dan mengangkut berbagai hasil bumi, dan hingga sekarang manfaat jalan tersebut
masih dapat dirasakan. Di balik besarnya proyek tersebut, perlu dipertanyakan
bagaimana proses pembangunan jalan yang melewati gunung yang terjal dan medan
yang sulit pada masa lalu? Siapakah yang menjalankan pembangunan?
Pembangunan jalan tersebut merupakan kebijakan Gubernur Jenderal Hindia
Belanda bernama Herman Willem Daendels yang berkuasa sejak tahun 1808-1811.
Belanda memandang penting pembangunan jalur Anyer-Panarukan, karena jalur
tersebut merupakan penghubung kota-kota penting di pulau Jawa yang merupakan
penghasil berbagai tanaman ekspor, dengan dibangunnya jalan tersebut maka proses
distribusi barang dan jasa untuk kepentingan kolonial semakin cepat dan efisien.
Pembangunan jalur Anyer Panarukan sebagian besar dilakukan oleh tenaga
manusia. Puluhan ribu penduduk dikerahkan untuk membangun jalan tersebut.
Rakyat Indonesia dipaksa Belanda membangun jalan. Mereka tidak digaji dan tidak
menerima makanan yang layak, akibatnya ribuan penduduk meninggal baik karena
kelaparan maupun penyakit yang diderita. Pengerahan penduduk untuk mengerjakan
berbagai proyek Belanda inilah yang disebut rodi atau kerja paksa.
Kerja paksa pada masa Pemerintah Belanda banyak ditemukan di berbagai
tempat. Banyak penduduk yang dipaksa menjadi budak dan dipekerjakan di berbagai
perusahaan tambang maupun perkebunan.
(Sumber: di kutip dari e-book Ilmu Pengetahuan Sosial Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar